PALEMBANG — Suhu panas meningkat lebih dari biasanya dirasakan di Sumatera Selatan (Sumsel) sejak beberapa waktu belakangan ini.
Meski saat ini Sumsel belum memasuki musim kemarau, tapi suhu panas bahkan tetap dirasakan pada malam hari dimana biasanya suhu akan turun tetapi hawa panas tetap terasa.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel Wandayantolis mengatakan, saat ini memang Sumsel sedang dilanda suhu panas. Hal ini disebabkan karena fenomena tahunan, yakni siklus gerak semu matahari. Gerak semu matahari yang baru saja melewati Sumsel, dimana biasanya setelah 3-4 minggu kemudian puncak suhu terjadi.
“Saat ini secara klimatologis adalah puncak suhu maksimum pertama di Sumsel. Puncak kedua yang lebih tinggi lagi akan terjadi pada Oktober mendatang,” katanya, Kamis (30/5/2024).
Wandayantolis mengatakan, hal ini karena lautan dan daratan butuh waktu melepaskan panas yang di lewatinya saat matahari mencapai Equinox di atas wilayah tersebut.
Dimana Equinox merupakan fenomena astronomi dimana matahari melintasi garis khatulistiwa. Ketika fenomena ini terjadi matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat yang membuat wilayah tropis akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum.
“Suhu panas ini menjadi terasa lebih membuat gerah karena kelembaban udara juga cukup tinggi. Karena memang Sumsel masih dalam transisi dari musim hujan ke musim kemarau,” jelasnya.
Meskipun saat ini di beberapa negara lain sedang sangat panas seperti di India juga Arab Saudi yang mencapai 50 derajat celcius, menurutnya hal itu tidak ada kaitannya dengan cuaca di Sumsel atau Indonesia pada umumnya karena belum ada penelitian yang mengaitkan dan faktor penyebabnya juga berbeda.
“Suhu di Sumsel saat ini 34-35 derajat celcius. Secara umum akhir Juni sebagian besar wilayah di Sumsel sudah masuk musim kemarau,” katanya.